Jalan Dadapsari Raya, Tembalang, Kota Semarang ambles akibat
talut saluran tergerus derasnya air dari Bukit Durenan, Perbukitan Mangunharjo,
Tembalang.
SEMARANG– Maraknya pembangunan perumahan di Bukit Durenan
kawasan perbukitan Mangunharjo, Tembalang, Kota Semarang dituding menjadi
penyebab banjir yang melanda perumahan penduduk di bawah bukit.
Gelontoran air dari Bukit Durenan yang tidak tertampung di
drainase Jalan Prof Soedarso atau Jalan Sendangmulyo Raya tersebut juga merusak
fasilitas umum warga.
“Setiap hujan datang, rumah kami pasti tergenang sekitar
betis kaki. Banjir ada sejak bukit itu banyak dibangun perumahan,” kata
Jumpeno, 50, warga Kampung Dadapan, RT 6/RW 2, Sendangmulyo, Tembalang,
kemarin. Pasiran, Seksi Pembangunan RW 2, mengatakan, setidaknya ada 10 rumah
warga yang kebanjiran setiap datang hujan. “Delapan ada di Kampung Dadapan
Sendangmulyo, dua lagi di perumahan Taman Seruni Residance,” ujarnya. Derasnya
luapan air dari Bukit Durenan juga telah merusak tanggul drainase yang ada di
pinggir Jalan Dadapsari Raya.
Akibatnya di beberapa titik di badan jalan mengalami ambles
dan membahayakan pengguna jalan. Tak hanya itu, area persawahan di sekitar
Jalan Dadapsari turut tergenang “Air dari atas (bukit) masuk ke saluran air di
Jalan Sendangmulyo Raya kemudian menuju saluran di Jalan Dadapsari Raya. Karena
drainasenya kecil, air meluber ke kawasan sekitar, termasuk merusak tanggul dan
Jalan Dadapsari Raya,” paparnya. Warga sebenarnya sudah meminta kepada
pengembang di Bukit Durenan untuk menormalisasi saluran air Jalan Sendangmulyo
Raya. Namun hingga saat ini belum ada kepastian kesanggupan.
“Setidaknya para pengembang ini bisa memperhatikan kondisi
sekitar. Sebab, kenyataannya banjir ini muncul setelah mereka membangun
perumahan di bukit sebelah barat kampung kami tersebut,” ujarnya. Ketua Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kecamatan Tembalang Febriyanto menilai
banyaknya pembangunan perumahan di kawasan perbukitan Mangunharjo menjadi bukti
tidak komitmennya Pemkot Semarang dalam penataan tata ruang kota.
Semestinya, perbukitan Mangunharjo yang merupakan kawasan
resapan air tidak dimanfaatkan secara bebas untuk pembangunan fisik. “Dan
Pemkot Semarang, dalam hal ini Satpol PP harus bertindak tegas karena adanya
perumahan di Bukit Durenan menyebabkan banjir bagi lingkungan sekitar. Perlu
dicek perizinan yang ada, mulai amdal hingga IMB, termasuk penyediaan fasilitas
umum seperti drainase kawasan apakah sudah sesuai aturan atau belum,” katanya.
Sonata, perwakilan Perumahan Bukit Graha Bukit Asri (BGBA),
menolak dituding sebagai satu-satunya developer yang memicu banjir. “Di bukit
ini, pengembang perumahan bukan hanya kami,” ujarnya. Pihaknya siap
bermusyawarah dengan warga terkait rencana normalisasi saluran. “Dan tentunya
pengembang lain yang ada di bukit juga harus dimintai pertanggungjawaban,”
tandasnya. Sejak perumahan dibangun setahun lalu, BGBA sebenarnya telah menawarkan
pembuatan saluran crossing di Jalan Dadapsari Raya untuk mengantisipasi luapan
air dari saluran Jalan Sendangmulyo Raya.
“Tapi rencana itu ditolak oleh salah satu warga yang tinggal
dekat Jalan Dadapsari Raya. Akhirnya sampai sekarang tidak ada solusi atas
banjir tersebut,” ujarnya. agus joko
Tanggapan :
Pembangunan perumahan sekarang ini masih marak beredar, dari tempat yang awalnya sebuah bukit, maupun sebuah tempat yang awalnya hijau, sekarang menjadi gersang karena yang dulunya adalah tempat resapan air dan penghijauan sekarang sudah berubah menjadi perumahan. Dari perumahan yang ukuran standard sampai perumahan elite pun sekarang sudah ada dimana mana, salah satunya di daerah kecamatan Tembalang.
Pemerintah Kota Semarang seharusnya memperketat perijinan pembangunan perumahan, supaya pembangunan perumahan juga harus memikirkan dampak dari pembangunan tersebut. Dari dampak tadi, seharusnya tidak boleh ada yang dirugikan.Selain itu Dinas Tata Kota dan permukiman harus melakukan pengawasan pembangunan perumahan yang ada di Kota Semarang.
0 komentar:
Posting Komentar