Welcome

Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!

Arsitektur

Arsitektur
Curuk Lawe

UNNES'13

UNNES'13
Bandungan

Rumah di Bukit Picu Banjir

Selasa, 13 Mei 2014



Jalan Dadapsari Raya, Tembalang, Kota Semarang ambles akibat talut saluran tergerus derasnya air dari Bukit Durenan, Perbukitan Mangunharjo, Tembalang.
SEMARANG– Maraknya pembangunan perumahan di Bukit Durenan kawasan perbukitan Mangunharjo, Tembalang, Kota Semarang dituding menjadi penyebab banjir yang melanda perumahan penduduk di bawah bukit.

Gelontoran air dari Bukit Durenan yang tidak tertampung di drainase Jalan Prof Soedarso atau Jalan Sendangmulyo Raya tersebut juga merusak fasilitas umum warga.

“Setiap hujan datang, rumah kami pasti tergenang sekitar betis kaki. Banjir ada sejak bukit itu banyak dibangun perumahan,” kata Jumpeno, 50, warga Kampung Dadapan, RT 6/RW 2, Sendangmulyo, Tembalang, kemarin. Pasiran, Seksi Pembangunan RW 2, mengatakan, setidaknya ada 10 rumah warga yang kebanjiran setiap datang hujan. “Delapan ada di Kampung Dadapan Sendangmulyo, dua lagi di perumahan Taman Seruni Residance,” ujarnya. Derasnya luapan air dari Bukit Durenan juga telah merusak tanggul drainase yang ada di pinggir Jalan Dadapsari Raya.

Akibatnya di beberapa titik di badan jalan mengalami ambles dan membahayakan pengguna jalan. Tak hanya itu, area persawahan di sekitar Jalan Dadapsari turut tergenang “Air dari atas (bukit) masuk ke saluran air di Jalan Sendangmulyo Raya kemudian menuju saluran di Jalan Dadapsari Raya. Karena drainasenya kecil, air meluber ke kawasan sekitar, termasuk merusak tanggul dan Jalan Dadapsari Raya,” paparnya. Warga sebenarnya sudah meminta kepada pengembang di Bukit Durenan untuk menormalisasi saluran air Jalan Sendangmulyo Raya. Namun hingga saat ini belum ada kepastian kesanggupan.

“Setidaknya para pengembang ini bisa memperhatikan kondisi sekitar. Sebab, kenyataannya banjir ini muncul setelah mereka membangun perumahan di bukit sebelah barat kampung kami tersebut,” ujarnya. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kecamatan Tembalang Febriyanto menilai banyaknya pembangunan perumahan di kawasan perbukitan Mangunharjo menjadi bukti tidak komitmennya Pemkot Semarang dalam penataan tata ruang kota.

Semestinya, perbukitan Mangunharjo yang merupakan kawasan resapan air tidak dimanfaatkan secara bebas untuk pembangunan fisik. “Dan Pemkot Semarang, dalam hal ini Satpol PP harus bertindak tegas karena adanya perumahan di Bukit Durenan menyebabkan banjir bagi lingkungan sekitar. Perlu dicek perizinan yang ada, mulai amdal hingga IMB, termasuk penyediaan fasilitas umum seperti drainase kawasan apakah sudah sesuai aturan atau belum,” katanya.

Sonata, perwakilan Perumahan Bukit Graha Bukit Asri (BGBA), menolak dituding sebagai satu-satunya developer yang memicu banjir. “Di bukit ini, pengembang perumahan bukan hanya kami,” ujarnya. Pihaknya siap bermusyawarah dengan warga terkait rencana normalisasi saluran. “Dan tentunya pengembang lain yang ada di bukit juga harus dimintai pertanggungjawaban,” tandasnya. Sejak perumahan dibangun setahun lalu, BGBA sebenarnya telah menawarkan pembuatan saluran crossing di Jalan Dadapsari Raya untuk mengantisipasi luapan air dari saluran Jalan Sendangmulyo Raya.

“Tapi rencana itu ditolak oleh salah satu warga yang tinggal dekat Jalan Dadapsari Raya. Akhirnya sampai sekarang tidak ada solusi atas banjir tersebut,” ujarnya. agus joko



Tanggapan : 
    Pembangunan perumahan sekarang ini masih marak beredar, dari tempat yang awalnya sebuah bukit, maupun sebuah tempat yang awalnya hijau, sekarang menjadi gersang karena yang dulunya adalah tempat resapan air dan penghijauan sekarang sudah berubah menjadi perumahan. Dari perumahan yang ukuran standard sampai perumahan elite pun sekarang sudah ada dimana mana, salah satunya di daerah kecamatan Tembalang.
    Pemerintah Kota Semarang seharusnya memperketat perijinan pembangunan perumahan, supaya pembangunan perumahan juga harus memikirkan dampak dari pembangunan tersebut. Dari dampak tadi, seharusnya tidak boleh ada yang dirugikan.Selain itu Dinas Tata Kota dan permukiman harus melakukan pengawasan pembangunan perumahan yang ada di Kota Semarang.

Mind Map Perancangan Rumah Tinggal

Sabtu, 03 Mei 2014




Penggunaan mind map dapat diterapkan dalam menentukan konsep perancangan arsitektur. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sebuah konsep perancangan arsitektur. Hal-hal tersebut diantaranya TOR (Term Of Reference), Lokasi, Zoning, Pendekatan Desain, dan hasil akhirnya adalah Desain.

1. TOR berfungsi dalam membantu kita untuk membuat sebuah konsep perancangan secara wawasan atau teoritis. Sub konsep perancangan yang terdapat pada TOR ialah Statement (Pernyataan) yang sebenarnya masih bisa dijabarkan ke sub-sub yang lebih spesifik. Dalam statement terdapat penjabaran antara lain yaitu pengertian, latar belakang, tujuan, serta batasan. Pengertian mengandung teori atau makna yang mendasari sebuah bangunan yang akan kita rancang misalnya pengertian rumah, gedung, mall, toko, fasilitas umum, dll. Latar belakang menjelaskan hal-hal apa saja yang melatar belakangi kita sehingga kita dituntut untuk merancang sebuah bangunan yang diinginkan, sedangkan maksud dan tujuan kita mendesain sebuah bangunan dijelaskan dalam bagian tujuan. Selain, itu batasan menjelaskan hal-hal fisik maupun non-fisik yang membatasi konsep rancangan arsitektural kita.

2. Lokasi merupakan hal yang sangat penting untuk membantu kita dalam menentukan konsep bangunan yang kita rancang nantinya karena lokasi sangat mempengaruhi terhadap karakteristik desain bangunan yang akan dibangun. Sub konsep perancangan yang terdapat pada lokasi ialah analisa non fisik dan analisa fisik. Analisa non fisik ialah analisa yang berkaitan dengan kenyataan kondisi di sekitar site yang terdiri dari tingkat kebisingan di sekitar site, aksesbilitas, pencahayaan sinar matahari, serta pemandangan (view) di sekitar site. Untuk analisa fisik ialah analisa yang berkaitan dengan kebutuhan ruang yang akan kita perlukan nantinya dalam mendesain sebuah bangunan. Analisa fisik dapat dicari dengan mengidentifikasi aktivitas pelaku sehingga tercipta kebutuhan ruang, persyaratan ruang, besaran ruang, pola hubungan ruang, dan yang terakhir organisasi ruang.

3. Zoning diperlukan untuk membagi dan menentukan area-area mana saja yang nantinya digunakan untuk ruang publik, ruang semi publik, ruang private, dan ruang service. Ruang-ruang yang terbagi berdasarkan zoning bergantung pada aspek-aspek yang dijadikan sebagai parameter penentuan area zoning tersebut yaitu aspek analisa fisik yang terdiri dari tingkat kebisingan, aksesbilitas, pencahayaan, dan pemandangan. Dalam menentukan zoning langkah pertama yaitu mengidentifikasi input setiap aspek tersebut, kemudian memprosesnya sehingga menghasilkan zoning dari masing-masing aspek tersebut (kebisingan, aksesbilitas, pencahayaan, dan view). Hasil zoning dari masing-masing aspek tersebut kita simpulkan sehingga memperoleh hasil akhir zoning (zoning final) yang nantinya berguna untuk menentukan area publik,semi-publik,privat, dan servis.

4. Pendekatan desain diperlukan untuk menentukan bagaimana bentuk dan karakteristik arsitektural yang nantinya akan kita bangun. Dalam menentukan pendekatan desain, kita perlu melakukan pendekatan-pendekatan terhadap hal-hal yang nantinya akan kita pertimbangkan yaitu gubahan massa, ekpresi arsitektural, material, dan struktur. Gubahan masa berkenaan dengan volume bangunan secara keseluruhan, secara teknis bentuk gubahan massa akan mengikuti bentuk denah tetapi kalau perlu kita juga bisa sedikit memodifikasi gubahan massa sesuai dengan ciri khas dan keinginan. Untuk ekspresi arsitektural, kita bisa bermain-main dengan material ataupun struktur bangunan tertentu yang nantinya akan menonjolkan suatu karakteristik bangunan yang khas, unik, menarik, dan estetik.

5. Setelah selesai dengan penentuan konsep melalui hal-hal di atas (TOR, Lokasi, Zoning, dan Pendekatan Desain), maka tahap terakhir dalam menuntaskan konsep perancangan adalah membuat gambar pra-rancangan atau gambar desain. Gambar-gambar desain ini mewakili gambar denah, situasi, potongan, tampak, detail arsitektural, serta gambar-gambar pra-rancangan lainnya yang nantinya diperlukan untuk tahap pelaksanaan.